Pembibitan yang telah dilakukan sejak tahun lalu hingga saat ini relatif tanpa gangguan yang berarti. Apabila tidak ada masalah, pada 2013 sudah ada pabrik gula yang terintegrasi di tempat itu.
Direktur PT Cendrawasih Jaya Mandiri FS Heru Priyono di Merauke, Rabu (30/3), mengatakan, sejak pertama kali dilakukan pembibitan di tempat itu pada November lalu, telah ada 40 hektar bibit. Dalam waktu dekat akan dikembangkan lagi menjadi 200 hektar hingga menjadi 1.000 hektar kebun bibit. Perusahaan yang termasuk dalam Grup Rajawali adalah salah satu dari perusahaan yang menjadi pionir penanaman tebu di Merauke.
”Kami optimistis apabila tidak ada halangan, dari kebun bibit nantinya kami akan memiliki kebun tebu giling 8.456 hektar. Tebu hasil kebun ini digunakan untuk bahan baku giling perdana pada 2013,” kata Heru, saat melihat kebun bibit tebu di Kampung Kurik V, Distrik Malind.
Ia menambahkan, saat ini pihaknya tengah menunggu izin prinsip pelepasan kawasan hutan dari Menteri Kehutanan. Izin ini diperlukan agar perusahaan itu bisa menggunakan lahan untuk bibit dan pembuatan kebun tebu giling di lahan sendiri. Untuk pembibitan, saat ini mereka menyewa lahan dari penduduk.
”Lahan di sini tergolong bagus. Hanya dengan sedikit perlakuan kita bisa meningkatkan kualitas tanah sehingga cocok untuk tanaman tebu. Untuk meningkatkan kualitas tanah, kami menambah dolomite (sejenis mineral),” kata Heru. Ia menambahkan lahan di Merauke juga menguntungkan karena relatif datar sehingga tidak mempersulit pembukaan lahan. Di samping itu, berdasarkan literatur, tanaman tebu merupakan tanaman endemik di Merauke sehingga secara agroklimat tanaman tebu yang bibitnya didatangkan dari luar tidak mengalami banyak kesulitan dalam penyesuaian iklim.
Ketika Kompas melihat kebun bibit di Kampung Kurik V terlihat masalah yang dialami dalam penanaman tebu adalah pasokan air yang melimpah. Hal ini sangat mengganggu pertanaman karena pada periode tertentu tanaman tebu tidak membutuhkan pasokan air.
Sumber: Kompas
Posting Komentar