Banyumas, Kompas - Petani lahan padi tadah hujan di tujuh kecamatan di wilayah Kabupaten Cilacap bagian barat terpaksa harus tanam ulang karena kekurangan air. Diperkirakan ada lebih dari 5.000 hektar lahan yang harus tanam ulang. Di Cilacap timur, ratusan hektar lahan padi beririgasi teknis juga harus tanam ulang akibat terendam banjir.
Koordinator Serikat Tani Merdeka Cilacap, Petrus Sugeng, Senin (28/12), mengungkapkan, tujuh kecamatan di Cilacap bagian barat tersebut adalah Kecamatan Cimanggu, Cipari, Wanareja, Dayeuhluhur, Gandrungmangu, Karangpucung, dan Majenang. "Luas lahan tadah hujan yang kekeringan dan harus tanam ulang ada 5.000 hektar lebih," ujar Sugeng.
Akhir November, petani sawah tadah hujan di tujuh kecamatan itu mulai menanam. Saat itu curah hujan tinggi, namun itu hanya terjadi sampai awal Desember. Setelah itu, hujan jarang turun sehingga padi yang dibenihkan layu dan tak dapat lagi ditanam.
Sama dengan di Cilacap bagian barat, di Cilacap timur, petani padi harus menanam ulang. Namun, penanaman ulang bukan karena kekeringan melainkan akibat genangan banjir dan serangan hama keong emas. "Kalau sudah terendam, padi pasti mati. Mau tak mau harus tanam ulang. Tapi, celakanya setelah banjir banyak hama keong emas," ujar Johari (40), petani di Desa Pasuruhan, Binangun.
Di Magelang, alokasi tiga jenis pupuk bersubsidi tahun 2010 melebihi permintaan yang diusulkan. Menurut Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Kehutanan Magelang Priyantoro, Senin (28/12), jika tidak ada permainan di tingkat distributor atau pengecer, dipastikan jatah pupuk tahun 2010 akan melebihi kebutuhan petani.
Ketiga jenis pupuk bersubsidi tersebut adalah urea, ZA, dan SP-18. Sebaliknya, terdapat dua pupuk bersubsidi lainnya yang mendapatkan alokasi kurang dari permintaan, yaitu pupuk organik dan phonska. (han/egi)
{[['']]}