Info Terbaru :
Terbaru

Petani Jagung Dapat Kepastian Pasar


Jakarta, Kompas - Petani jagung kini mendapatkan kepastian pasar. Tiga perusahaan besar pakan ternak sepakat menjalin kerja sama untuk membeli jagung petani.

Tiga perusahaan tersebut adalah PT Charoen Pokphand Indonesia, PT Japfa Comfeed Indonesia, dan PT Sierad Produce. Kontrak kerja sama tersebut dibuat tiga perusahaan itu dengan 16 pemerintah kabupaten di empat provinsi. Rinciannya, tiga kabupaten di Lampung, satu di Jawa Tengah, empat Jawa Timur, dan delapan Sulawesi Selatan.Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi, Selasa (27/7) dari Maros, Sulawesi Selatan, menjelaskan, dengan kerja sama itu, industri pakan ternak mendapat kepastian pasokan bahan baku pakan dan petani mendapat kepastian pasar.

Sekretaris Jenderal Dewan Jagung Nasional Maxdeyul Sola mengatakan, penandatanganan nota kesepahaman (MOU) segera ditindaklanjuti dengan kontrak pembelian jagung. Masing-masing kabupaten diharapkan memasok 10.000 ton jagung per bulan sehingga setiap bulan ada 160.00 ton jagung petani yang terbeli. Dalam setahun, 1,92 juta ton jagung petani sudah mendapatkan kepastian pasar.

Adapun harga akan disesuaikan dengan harga saat penyerahan barang. Harga yang ditetapkan mengacu pada harga jagung dunia.

Dengan kontrak pembelian ini, industri pakan ternak diuntungkan karena tidak perlu membayar bunga L/C seperti kalau mereka membeli jagung dari impor, selain ada jaminan pasokan bahan baku.

Maxdeyul menjelaskan, kualitas jagung dalam negeri relatif lebih baik karena lebih segar. Kerja sama ini diharapkan menjadi model dan dikembangkan untuk memacu peningkatan produksi jagung nasional. Industri pakan setiap tahun membutuhkan 5 juta ton jagung.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Perunggasan Indonesia Anton J Supit menegaskan, kualitas jagung yang diserap sesuai standar pabrik pakan. ”Dengan kerja sama ini, industri pakan ternak serius mendukung pengembangan budidaya jagung,” katanya. (MAS)
{[['']]}

Kebutuhan Benih Padi Meningkat


Jambi, Kompas - Kebutuhan benih padi meningkat pada awal kemarau ini. Pasalnya, banyak benih yang telah ditanam petani beberapa waktu lalu rusak akibat terendam banjir. Saat ini banjir melanda 353 hektar areal persawahan yang baru saja ditanami padi di Kota Jambi.

Dalam pantauan Kompas, banjir tersebut terjadi pada belasan hektar hamparan sawah di Kecamatan Jambi Timur, Kota Jambi. Padahal, bibit semaian baru saja ditanam di sawah. Banjir yang berlangsung hampir sepekan terakhir tersebut mengakibatkan sebagian tanaman rusak. Tidak hanya itu, banyak petani malah tidak bisa menanam padi hasil persemaian karena genangan air pada lahan sawah mereka masih terlalu tinggi. ”Kami sudah membuat semaian, tapi padinya belum bisa ditanam. Kami masih harus menunggu sampai air sedikit surut,” kata Ali, petani di Sejinjang, Jambi Timur, Kamis (22/7).

Di sentra penanaman padi Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi, hamparan padi yang mulai menguning juga terendam banjir, setelah hujan terus turun dalam sepekan terakhir. Menurut Darus, petani setempat, bulir padi yang telah keluar dikhawatirkan tidak memberikan hasil yang berkualitas sama seperti pada panen-panen terdahulu.

”Kalau terendam banjir cukup lama, akan memengaruhi kualitas gabah. Bahkan, gabah bisa rusak kalau terendam terlalu lama,” ujarnya.

Butuh benih

Kepala Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perikanan (DPPP) Kota Jambi Harlik mengatakan, dari hasil pendataan, areal persawahan yang tergenang banjir di wilayahnya mencapai 353 hektar dari total 1.200 hektar sawah di wilayah tersebut. Banjir terjadi di empat kecamatan, yaitu di Jambi Timur 156 hektar, Danau Teluk 55 hektar, Pelayangan 138 hektar, dan Telanaipura 4 hektar.

Menurut Harlik, sebelumnya telah disalurkan 24,8 ton benih padi kepada petani. Benih tersebut bersumber dari benih cadangan nasional. Atas kerusakan benih yang terjadi akibat banjir tersebut, pihaknya harus mengajukan kembali bantuan benih kepada pemerintah provinsi.

Bantuan ini untuk mengganti benih di tingkat petani yang telah rusak. ”Kami sudah mengajukan sebanyak 475 kilogram bibit padi baru melalui provinsi untuk disalurkan ke petani yang sawahnya terendam banjir,” ujarnya.

Harlik juga mengkhawatirkan adanya anomali cuaca yang makin nyata terjadi saat ini. Kondisi tersebut berpotensi menurunkan produktivitas padi. Padahal, tahun ini pemerintah setempat menargetkan peningkatan produksi beras.

Dinas terkait juga telah menargetkan produktivitas gabah kering panen (GKP) naik, yaitu mencapai 6,5 ton per hektar pada tahun 2010. Volume tersebut lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang sebanyak 5,9 ton. ”Namun, kami khawatir produktivitas padi pada tahun ini takkan mencapai target karena faktor iklim yang kian tak menentu,” ujarnya.

Karena itu, untuk mengantisipasi gagal tanam, dinas terkait kini mulai mengupayakan penyaluran bibit padi kepada petani. Dengan demikian, bibit padi itu segera ditanam kembali di lahan sawah.

”Penyediaan bibit baru adalah pilihan terbaik saat ini. Jika sudah ada, bibit segera ditanam sehingga dapat terhindar dari kemungkinan rusaknya tanaman saat hujan lebat,” ujarnya. (ITA)

sumber
{[['']]}

Serangan Wereng Cokelat Meresahkan


Boyolali, Kompas - Menteri Pertanian Suswono memastikan produksi beras sampai akhir tahun 2010 akan mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Meski demikian, pihaknya terus memantau perkembangan serangan hama wereng cokelat yang kian meresahkan, yang dapat mengganggu produksi beras.

Hal itu diungkapkan Suswono, Rabu (21/7) malam, seusai berdialog dengan peternak dalam rangka ”Pameran Lomba dan Kontes Ternak Nasional 2010” di Asrama Haji Donohudan, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.Menurut Mentan, produksi beras 2010 mengalami peningkatan 1,27 persen dibandingkan tahun 2009. Melihat perkembangan produksi beras seperti dalam perkiraan Badan Pusat Statistik, pihaknya yakin pasokan beras tahun 2010 aman.

Ditanya soal serangan hama wereng cokelat yang kian meresahkan petani, Suswono menyatakan terus memantau perkembangan pemberantasan. Kalau memang pemberantasan hama wereng batang cokelat bisa lebih cepat, tidak perlu ada instruksi presiden terkait pemberantasan.

”Kalau gejala makin tak terkendali, inpres pemberantasan hama wereng menjadi sangat penting. Dengan adanya inpres, penyebaran wereng masuk kondisi darurat. Dengan begitu, ada kebijakan dari atas langsung, seperti soal anggaran penanggulangan,” katanya.

Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan Winarno Tohir meminta pemerintah membantu petani menanggulangi hama wereng bila pangan memang masih dianggap penting.

”Untuk mengatasi wereng cokelat, petani perlu dibantu pestisida sehingga bisa diadakan pemberantasan secara serempak di semua provinsi yang terserang. Jangan biarkan petani nelayan sendirian menghadapi perubahan iklim yang ekstrem,” katanya.

Jangan biarkan petani nelayan menjadi korban perubahan iklim. Dengan sumber daya manusia yang rendah, petani sulit menghadapi hal yang tak biasa ditemui di lapangan dan beri informasi yang jelas soal kondisi iklim yang dihadapi petani nelayan.

”Dampingi petani nelayan agar tak bertambah miskin, berikan bimbingan teknologi yang cocok dalam menghadapi situasi yang sedang dihadapi, sehingga gagal panen berbagai komoditas bisa dieliminasi,” katanya.

Buat tim khusus menghadapi perubahan iklim untuk mencari solusi, para ahli waktunya bekerja keras memikirkan petani nelayan yang sedang dilanda kesulitan. Sudah saatnya anggaran untuk pertanian diprioritaskan dan ditingkatkan, sekarang masih di bawah 10 persen.

Jangan sepelekan

Puluhan ribu petani padi sudah terkena dampak serangan hama wereng batang cokelat. Produksi padi mereka turun atau bahkan kehilangan produksi sama sekali karena rusak diserang wereng cokelat.

Meski demikian, belum ada keseriusan dari pemerintah untuk memberantas hama wereng cokelat.

Menurut Sekretaris Jenderal Dewan Beras Nasional Maxdeyul Sola, yang dipersoalkan pemerintah sekarang hanya data tanaman padi yang puso atau gagal panen. Padahal, banyak tanaman padi lain yang terserang wereng cokelat sehingga produktivitas padi turun hingga 70 persen.

Sola tidak melihat adanya upaya serius dari Kementerian Pertanian untuk memberantas hama wereng cokelat. Ketidakseriusan ini tampak dari sepinya gerakan yang bersifat nasional dan serentak dalam memerangi wereng cokelat.

”Serangan wereng cokelat sudah masuk kondisi genting, harus ada gerakan nasional tidak harus saling menunggu,” katanya. Sola membandingkan tindakan pemerintah pada saat wabah wereng cokelat tahun 1980 dengan saat ini. Saat itu Sola menjabat Kepala Seksi Perencanaan Anggaran Proyek Departemen Pertanian.

Sola menyatakan, ketika terjadi wabah wereng cokelat tahun 1986, ada 56 pestisida yang dilarang penggunaannya. Pemerintah juga melakukan penggantian varietas padi secara serentak dengan varietas IR-64.

Anggaran dikerahkan sepenuhnya, bahkan tidak harus menunggu. Pemberantasan wereng cokelat menjadi prioritas penanganan di semua lini karena mengancam ketahanan pangan dan merugikan petani.

”Bahkan, dulu pemerintah mengeluarkan inpres. Untuk mempercepat kerja birokrasi, diberlakukan ”stempel merah wereng cokelat”. Dokumen, surat, map, atau apa pun yang disetempel merah mendapatkan prioritas penanganan baik terkait anggaran atau yang lainnya. Pejabat negara yang sedang olahraga atau rapat sekalipun wajib memprioritaskan stempel merah. Bisa dilihat betapa seriusnya penanganan waktu itu,” katanya.

Bandingkan dengan langkah pemerintah saat ini. Mau melakukan pemusnahan harus menunggu anggaran. Akibatnya, langkah penanggulangan wereng cokelat menjadi terlambat. Puluhan ribu petani merugi, baik secara total maupun sebagian.

Sementara itu, Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso menyatakan, penjualan beras operasi pasar (OP) masih rendah. Namun, beras OP tetap tak akan dijual kepada pedagang, tetapi kepada konsumen langsung dengan maksimal pembelian 45 kilogram dengan harga Rp 5.850 per kg.

Sutarto menyatakan, ada fenomena menarik di pasar di mana selisih harga jual beras di tingkat grosir dan ritel tinggi. Bila sebelumnya hanya selisih Rp 200-Rp 300 per kg di Jakarta, sekarang bisa Rp 500 per kg. Aliran beras ke luar Jawa juga tinggi.

”Kami mengalokasikan beras untuk OP tidak terbatas. Saat ini yang melakukan OP baru Jakarta dan sebagian Jawa Timur,” katanya. (mas)

sumber
{[['']]}
 
Support : Produksi Pertanian | Produksi Pertanian | Produksi Pertanian
Copyright © 2011. Produksi Pertanian - All Rights Reserved
Template Created by Produksi Pertanian Published by Produksi Pertanian
Proudly powered by Produksi Pertanian